Rabu, 06 April 2011

?Nilai Budaya dalam Masyarakat

Nilai-Nilai dan Budaya Dalam Masyarakat


Makalah ‎

‎ Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Lintas Budaya”






Oleh :
‎Aisyah Umaroh
D03208046

Dosen Pengampu :‎
Drs.H. Masyhudi Ahmad, M.Pd.I.


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
‎2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari semua manusia di muka bumi ini tidak akan pernah bisa terlepas dari yang namanya nilai-nilai, baik itu nilai social, nialai pribadi, maupun nilai budaya.
Di dalam masyarakat yang sangat beragam tentunya nilai yang di gunakanpun akan sangat beragam, karena ada pepatah “lain ladang lain pula belalang” dari pepatah ini tentunya kita sudah dapat memahami akan adanya aturan, nilai, adat yang sangat berbeda dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Dengan adanya masalah yang beragam di masyarakat itulah akhirnya penulis mencoba membahas Dalam makalah ini dengan menjabarkan beberapa definisi tentang nilai sekaligus factor-faktor nilai dan juga nilainya,

B. Rumusan masalah
A. Apakah nilai itu?
B. Apakah fungsi dari nilai?
C. Bagaimana Teori-teori nilai dan pengukurannya ?

C. Tujuan
Mengetahui dan memahami tentang nilai,fungsi dari nilai dan teori-teori tentang nilai sehingga tidak kebingungan dalam menghadapi di masyarakat yang pluralsm,e yang tentunya memiliki budaya dan nilai yang sangat berbeda.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi nilai
Menurut beberapa ahli dalam bukunya tiri daya kisni dan salis yuniardi yang berjudul “Psikologi lintas budaya” menyebutkan:
a. loners dan malpasss (1994) nilai melibatkan keyakinan umum tentang cara bertingkah laku yang di inginkan dan yang tidak di inginkan dan tujuan atau keadaan akhir yang di inginkan atau tidak di inginkan.
b. kluckhohn (dalam adi subroto1993) menyatakan bahwa nilai merupakan suatu konsepsi yang dapat terungkap secara eksplisit atau implicit yang menjadi cirri khas individu atau karakteristik suatu kelompok mengenai hal-hal yang di inginkan dan berpengaruh terhadap proses seleksi dan sejumlah modus, cara dan hasil akhir suatu tindakan.
c. Geerthofstede (dalam dananjaya, 1986) berpendapat bahwa nilai merupakan suatu kecenderungan luas untuk lebih menyukai atau memilih keadaan-keadaan tertentu di banding dengan yang lain. Nilai merupakan suatu perasaan yang mendalam yang di miliki oleh anggota masyarakat yang akan sering menentukan perbuatan atau tindak-tanduk perilaku masyarakat.
d. Rokeach (dalam looner dan malpass,1994) nilai adalah suatu keyakinan yang relative stabil tentang model-model perilaku spesifik yang di inginkan dan keadaan akhir eksistensi yang lebih di inginkan secara pribadi dan social dari pada model perilaku atau keadaan akhir eksistensi yang berlawanan atau sebaliknya. Yang akhirnya ia berpendapat nilai menduduki posisi di tengah-tengah antara kebudayaan sebagai anteseden dan perilaku manusia sebagai koinsekwensi, karena posisinya yang sentral inilah akhirnya nilai bisa di katakana variable bebas atupun variable terikat.

Sebagai variabel bebas terhadap perilaku manusia, di sini nilai sama fungsi psikisnya seperti sikap, kebutuhan dan sebagainyayang memiliki dampak luas terhadap hamper semua aspek perilaku manusia dalam konteks sosialnya. Sebagai variable terikat terhadap pengaruh social budaya dari masyarakat yang di huni yang merupakan hasil pembentukan dari factor-faktor kebudayaan, pranata dan pribadi-pribadi dalam masyarakat tersebut selama hidupnya.
Kaitan antara sikap, nilai dan tingkah laku dapat di gambarkan sebagai berikut:








Dari gambar di atas menunjukkan bahwa pengaruh nilai-nilai budaya pada nilai-nilai pribadi dan kebutuhan seseorang. Sedangkan nilai-nilai pribadi dan kebutuhan saling mempengaruhi. Keduanya mempengaruhi sikap dan keyakinan seseorang dan tingkah lakunya. Kebutuhan-kebutuhan seseorang lebih menentukan akan adanya perilaku, sedangkan nilai-nilai pribadi begaimana perilaku yang akan terjadi.

B. Fungsi nilai
Nilai mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia (adisubroto, 2000) yaitu sebagai berikut:
a. Nilai berfungsi sebagai standart, yaitu standart yang menunjukkan tingkah laku dari berbagai cara, yaitu :
1. Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah social.
2. Mempengaruhi individu dalam memilih ideologi politik atau agama.
3. Menunjukkan gambaran-gambaran self terhadap orang lain
4. Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan orang lain.
5. Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses perbandingan untuk menentukan individu bermoral dan kompeten.
6. Nilai di gunakan untuk mempengaruhi orang laina tau mengubahnya
7. Nilai sebagai standart dalam proses rasionalisasi yang dapat terjadi pada setiap tindakan yang kurang dapat di terima oleh pribadi atau masyarakat dan meningkatkan self-esteem.
b. Nilai berfungsi sebagai rencana umum (general plan) dalam menyelesaikan konflik dan pengambilan keputusan.
c. Nilai berfungsi motivasional. Nilai memiliki komponen motivasional yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan behavioral.
d. Nilai berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu di arahkan secara langsung kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi pada penyesuaiam. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya merupakan nilai semu karena nilai tersebut di perlukan oleh individu sebagai cara untuk menyesuaikan diri dari tekanan kelompok. Di dalam proses penyesuaiannya pertama-tama individu mengubah nilai secara kognitif ke dalam nilai yang dapat di pertahankan secara social maupun personal, dan nilai yang demikian pasti akan mudah untuk penyesuaianm diri dengan nilai yang berbeda.
e. Nilai berfungsi sebagai ego defensive. Di dalam prosesnya nilai mewakili konsep-konsep yang telah tersedia sehingga dapat mengurangi ketegangan dengan lancer dan mudah
f. Nilai berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri. Nilai sebagai modal tingkah laku atau cara bertin dak secara eksplisit maupun implisit melibatkan fungsi aktualisasi diri. Fungsi pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti, kecenderungan terhadap kesatuan persepsi dan keyakinan yang lebih baik untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi.


C. Teori-teori nilai dan pengukurannya.
Beberapa teori mengenai nilai dalam psikologi lintas budaya antara lain :
1. Teori rokeach
Rokeach memandang nilai sebagai suatu keyakinan yang relatif stabil dalam perwujudannya dapat di jadikan menjadi dua kategori yaitu :
a. Nilai instrumental
Nilai sebagai alat atau instrumental dapat bersifat dua macam yaitu sebagai nilai moral adalah niolai yang berkaitan dengan tingkah laku yang berhubungan intrapersonal terhadap hati nurani. Sedangkan sebagai nilai kompetensi atau aktualisasi diri adalah nilkai instrumental yang fokusnya lebih bersifat pribadi dan tidak terlalu kelihatan berkaitan langsung dengan moralitas.jika terjadi pelanggaran terhadap nilai kompetensi akan berakibat adanya perasaan malu karena ketidak mampuan diri.
b. nilai terminal.
Di bagi menjadi dua macam yaitu bersifat pribadi yaitu nilai di pusatkan pada diri sendiri dan bersifat sosial yaitu nilai yang di pusatkan pada masyaraklat.
Berdasarkan survey nilai rokeach (dalam robbins, 1996) masing-0masing perangkat nilai terdiri atas 18 item nilai individu yaitu :
a. nilai instrumental yang merujuk pada modus perilaku yang lebih di sukaiatau cara mencapai nilai terminal. Aspek yang terkandung di dalamnya adalah : ambisius/giat bekerja, berwawasan luas, mampu, efektif, riang gembira, bersih, berani, memaafkan, bekerja tuk kesejahteraan orang lain, jujur, imaginatif, dan lain sebagainya
b. nilai terminal merujuk ke keadaan akhir eksistensi yang sangat di inginkan. Aspek yang terkandung di dalamnya adalah hidup nyaman, hidup menggairahkan, rasa berprestasi, dunia damai, dunia yang indah, kesempatan yang sama untuk semua, keamanan keluarga, kemerdekaan, kebahagiaan, harmoni, persahabatan sejati.
Teori ini memiliki kelebihan yaitu : mudah dalam administrasi p[enyelenggaraannya dan responden poada umumnya tertarik. Selain itu teori ini juga memliki kelemahan yaitu prosedur ranking hanya memberikan informasi tentang kepentingan relatif dari nilai-nilai yang berbeda dan bukan kepentingan absolut. Terlebih tiap nilai hanya di sajikan dalam bentuk item tunggal karena lebih baik jika di gunakan item ganda untuk tiap-tiap nilai sehingga akan lebih valid.
2. Teori schwartz
Alat ukur tentang nilai yang di susun oleh schwarts menggunakan prosedur ranting dan masih di pengaruhi oleh gaya pengukuran rokeach dalam memisahkan antara nilai instrumental dan n ilai terminal dan menyajikan tiap nilain dalam satu item. Dalam teori ini ada tiga persyaratan bagi eksistensi manusia sehingga semua individu dan masyarakat akan respondif terhadapnya yaitu untuk memnuaskan kebutuhan biologis, untuk mencapai interaksi sosial yang terkoordinir , dan untuk mempertemukan tuntutan institusi untuk mempertahankan hidup dan kesejahteraan kelompok.
Nilai-nilai itu menurut schwartz di klasifikasikan ke dalam sejumlah domain-domain motivasional atau tipe-tipe nilai yang terdiri dari : (a)menuju diri sendiri (self direction) (b)rangsangan (stimulation) (c)menikmati kehidupan (hedonisme) (d)Prestasi (achievement) (e)kekuyasaan (power) (f) keamanan (security) (g) penyesuaian terhjadap tekanan kelompok (conformity) (h) mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang berlaku (tradition) (I) spiritualitas (j) kebajikan (k) universalisme.
Jika tipe nilai yang di ajukan schwartz di analo\gikan dengan dimensi individualisme versus kolektifisme nampak bahwa tipe nilai di asumsikan mewakili domensi nilai individualistik (kekuasaan, prtestasi hedonisme, stimulatition,self-direction) sementara beberapa tipe nilai yang lain mewakili dimensi nilai kolektifistik (kebajikan,tradisi, kobnformitas) dan tipe lain lagi di anggap mewakili minat campuran (universalisme, keamanan)
3. Nilai hofstede dan kelompok ahli penghubung kultuir cina
Menurut hofstede secara universal dimensi-dimensi nilai-nilai budaya adalah individualisme-collectivisme, power distance, uncertainty avoidance, dan masculinity. Dimensi nilai-nilai individualisme mendukung anggotanya untuk otonom, menekankan tanggung jawab, dan hak-hajk pribadinya. Dimensi nilai collectivisme mendukung anggotanya untuk menyelaraskan tujuan dan kepentingannya kepada kelompok, bahkan jika perlu mengorbankan diri sendiri demi menjaga harmoni keliompok. Dimensi power distance adalah derajat ketidaksetaraan dalam kekuasaan (piower) antara individu yang memiliki kekuasaan atau status tinggi dengan yang rendah. Mastumoto menyebut dengan istilah perbedaan status yaitu derajat dimana budaya mempertahankan perbedaan status di antara anggota-anggotanya. Uncertainty avoidance adalah derajat dimana budaya mengembangkan institusi dan ritual untuk menyesuaikan dengan kecemasan akibat ketidak pastian dan samar-samar. Masculinity yaitu derajat dimana budaya mendukung perbedaan gender di antara anggota-anggotanya.
Nilai individualism-collectivism di dasarkan pada empat aspek yaitu:
1. Keserasian dalam bersosialisasi (social harmony)
2. Bekerjasama dalamkelompok social (cooperation in social group)
3. Pengendalian diri dalam hubungan dengan kelompok social (self-control)
4. Membagi pengakuan atas penghargaan ( social sharing of recognition)]
Berdasarkan empat itemn tersebut kemudian di sajikan persyaratan dalam hubungan dengan empat kelompook social dari pihak yang berinteraksi yaitu keluarga, teman karib, kolega, dan orang asing.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai adalah suatu keyakinan yang relative stabil tentang model-model perilaku spesifik yang di inginkan dan keadaan akhir eksistensi yang lebih di inginkan secara pribadi dan social dari pada model perilaku atau keadaan akhir eksistensi yang berlawanan atau sebaliknya. Yang akhirnya ia berpendapat nilai menduduki posisi di tengah-tengah antara kebudayaan sebagai anteseden dan perilaku manusia sebagai koinsekwensi, karena posisinya yang sentral inilah akhirnya nilai bisa di katakana variable bebas atupun variable terikat.
Pengaruh nilai-nilai budaya pada nilai-nilai pribadi dan kebutuhan seseorang. Sedangkan nilai-nilai pribadi dan kebutuhan saling mempengaruhi. Keduanya mempengaruhi sikap dan keyakinan seseorang dan tingkah lakunya. Kebutuhan-kebutuhan seseorang lebih menentukan akan adanya perilaku, sedangkan nilai-nilai pribadi begaimana perilaku yang akan terjadi.
Nilai mempunyai beberapa fungsi sebagai standart, sebagai rencana umum, motivasional, penyesuaian, sebagai ego defensive, sebagai pengetajhuan dan aktualisasi diri.
Dan teori-teori yang mengenai nilai dalam psikologi lintas budaya, teorinya Teori rokeach, schwartz, dan hofstede.

DAFTAR PUTAKA

Kisni, tridaya & Yuniardi, salis, 2004, Psikologi lintas budaya, Malang : UMM pers,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar