Senin, 10 Januari 2011

Akankah Wanita Selalu Terpinggirkan?

Wacana dan isu kesetaraan gender beberapa tahun ini telah menggema luar biasa di seluruh nusantara. Berbagai program di rancang untuk menyosialisasikan program yang katanya dapat membangkitkan kaum hawa dari penindasan kaum adam. Bahkan, seolah-olah, paham ini sudah dianggap suatu kebenaran, yang tidak boleh dipersoalkan, hal ini tentunya berbanding terbalik jika dikaitkan dengan berita yang beredar di masyarakat saat ini. Beberapa minggu yang lalu di media cetak maupun media elektronik gempar memberitakan hasil penelitian yang di lakukan oleh BKKBN Pusat yang menyatakan bahwa remaja putri di wilayah Jabodetabek 51% sudah tidak perawan, sedang di Surabaya sejumlah 54%, di medan 52%, di bandung 47%. Sedangkan Menurut salah satu surat kabar yang terbit tanggal 1 desember 2010 menyatakan 66% remaja putri usia SMP dan SMA tidak perawan, berdasarkan survey komisi penanggulangan aids (KPA) yang di lakukan secara nasional
Ketika ada penelitian seperti ini harusnya semua dapat berfikir “Dengan siapa remaja putri melakukan hubungan Sex hingga ia dapat dikatakan sudah tidak perawan? Apa mungkin remaja putri ini melakukan sendiri?, tak lain dan tak bukan remaja putri melakukan hubungan seks dengan remaja putra juga, bukan? Lantas mengapa yang di sorot hanya remaja putri? Dan sampai saat ini tidak ada satu berita atau penelitian satupun yang mengangkat sekian persen remaja putra sudah kehilangan kejantanannya.
Dalam kasus pemberitaan maupun penelitian yang di lakukan oleh beberapa pihak, tentunya hal ini sangat menyudutkan kaum wanita karena di dalam hal ini posisi wanita tidak ada celah sedikitpun untuk berekspresi ataupun mengutarakan perasaan yang di alami atas pemberitaan media tersebut.
Kasus lain yang menjadi perguncingan hebat di kalangan aktifis mengenai pemerkosaan, seluruh masyarakat telah memiliki pemikiran bahwa “tak mungkin ada kucing menolak ketika diberi ikan pindang” kucing di istilahkan sebagai lelaki dan pindang di artikan sebagai wanita. Dengan kata lain Masyarakat beranggapan tak mungkin laki-laki akan melakukan pemerkosaan terhadap perempuan, jika perempuan itu dapat menjaga kehormatannya, dan masyarakat beranggapan terjadinya pemerkosaan itu karena salah pihak wanita. Apalagi jika si wanita hamil di luar nikah, Karena di anggap buruk oleh Masyarakat si wanita yang sudah menjadi korban akan di asingkan dari tempat tinggalnya.
Hal lain yang tak kalah menarik adalah kasus PSK (pekerja seks komersial), PSK selalu identik dengan kaum wanita, padahal di masyarakat juga ada laki-laki yang menjual kelaminnya untuk di konsumsi publik, hanya saja kasus itu tidak tercium oleh para pekerja media sehingga yang selalu menjadi sorotan hanyalah mereka kaum wanita yang menjual kelaminnya.
Wacana yang selalu di gembar-gemborkan oleh para aktifis itu ternyata hanyalah menjadi wacana yang tidak mengubah apapun, karena ternyata di setiap pemberitaan yang ada di media selalu menyudutkan kaum wanita yang lagi-lagi selalu menjadi korban di balik pemberitaan media.
Sampai kapan penindasan terselubung terhadap wanita akan berakhir seperti tujuan dan mimpi yang digemborkan aktifis, jika para penggerak media yang karyanya dikonsumsi public selalu menyudutkan wanita? Rasanya wanita tak lagi punya tempat untuk singgah sedikitpun padahal banyak yang mengatakan wanita memiliki kebebasan berpendapat maupun berekspresi layaknya laki-laki tanpa mengurangi kehormatan para lelaki, tapi jika tetap sama maka semua itu omong kosong belaka.
Oleh : Aisyah Umaroh*
Crew Edukasi Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar